Thursday, October 24, 2019

Sejarah Berdirinya Organisasi Taman Siswa

Sejarah Berdirinya Organisasi Taman Siswa di Yogyakarta

Berdirinya organisasi yang bernama Taman Siswa merupakan awal mula perkembangan Pendidikan di Indonesia.


Berdirinya Taman Siswa

Pada tanggal 3 Juli 1922 organisasi Taman Siswa didirikan karena adanya ketidakpuasan terhadap sistem Pendidikan yang ada di masa itu. Waktu itu pemerintahan Belanda masih menguasai Indonesia dan sistem pendidikannya.

Pemerintahan Belanda tidak membebaskan semua rakyat Indonesia untuk bersekolah. Hanya anak bangsawan, konglomerat, dan kalangan raja saja yang boleh bersekolah. Padahal, semua rakyat Indonesia sangat membutuhkan pendidikan agar bisa segera merdeka dan bebas dari penjajahan.

Taman Siswa didirikan untuk mengenalkan pendidikan kepada masyarakat Indonesia agar menjadi bangsa yang merdeka. Perguruan Taman Siswa berkembang hingga terbentuk  Taman Indriya sebagai sekolah untuk taman kanak-kanak dan Perguruan Tinggi Sarjanawiyata Taman Siswa.

Pendiri Taman Siswa

Pendiri organisasi Taman Siswa adalah R.M. Soewani Soeryaningrat atau yang sering kita sebut dengan Ki Hajar Dewantoro. Dia adalah tokoh bangsawan yang pada waktu itu menjadi pencetus organisasi pendidikan pertama di Indonesia.

Ki Hajar Dewantara yang dulunya pernah menjadi wartawan dan aktif di dunia politik dikenal sebagai sosok bangsawan yang memiliki pemikiran jauh ke depan. Dia aktif sebagai penulis yang memiliki kebudayaan tinggi dan sangat termotivasi untuk berskolah di Belanda.

Pada tahun 1919 setelah pulang dari Belanda, Ki Hajar Dewantara bersama dengan teman-temannya mengadakan pertemuan di halaman rumahnya. Halaman rumah itu kini menjadi pendopo Taman Siswa di Yogyakarta.

Pertemuan di rumah Ki Hajar Dewantara terjadi secara rutin dan dari pertemuan itu dihasilkan beberapa pemikiran mengenai pendidikan Indonesia.

Saat itu ki hajar Dewantara ditunjuk sebagai pemimpin bagian pendidikan untuk anak-anak dan remaja dan temannya Ki Ageng Suryomentaram ditunjuk sebagai pimpinan bagian pendidikan untuk usia dewasa.

Lalu tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara, Pronowidigdo, dan teman-temannya yang lain mengungumkan berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa yang berada di Yogyakarta.

Semboyan Taman Siswa

Semboyan untuk para guru dalam mengajar di Taman Siswa :

1. Ing Ngarsa Sung Tulada yang artinya di depan memberi teladan dan contoh

Inti kalimat dari semboyan yang pertama adalah kata “tuladha” , dalam bahasa Indonesianya diartikan menjadi teladan. Jadi, pendidikan Taman Siswa ini mengupayakan didikan dan bimbingan para muridnya untuk menjadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin biasanya akan selalu memberikan teladan dan harus dapat menjadi panutan.

2. Ing madya mangun Karsa yang artinya di tengah membangun prakarsa atau menjadi penyemangat.
Inti kalimat dari semboyan yang kedua adalah kata “mangun” dan “karso”, dalam bahasa Indonesianya diartikan menjadi bangun atau membangun. Sedangkan, kata “karso” mengartikan niat, kemauan, atau inisiatif.

3. Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang mendukung atau memberi dukungan
Semboyan yang ketiga paling kita kenal sebagai slogan sekolah di Indonesia.

Inti dari kalimat terakhir dari semboyan tersebut adalah pada kata “handayani” yang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi dorongan. Ini memaksudkan bahwa Organisasi Taman Siswa harus dapat memberikan dorongan semangat, arahan serta bimbingan kepada para murid. Bahkan jika kita lihat dewasa ini, kata “Tut Wuri Handhayani ini dipakai sebagai slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Organisasi Taman Siswa ini bersifat merakyat. Jika dibandingkan dengan Pendidikan yang dibentuk oleh kalangan atas. Hasilnya, Taman Siswa berkembang pesat dan diminati para rakyat Indonesia. Misalnya, pada tahun 1935 Taman Siswa mempunyai 175 sekolah, dari mulai sekolah rendah hingga sekolah menengah. Adapun sekolah-sekolah jalur formal yang telah didirikan oleh Organisasi Taman Siswa ini :

Taman Indria (sederajat dengan TK)

Taman Indria ini merupakan tempat pendidikan bagi kanak-kanak di masa Hindia Belanda. Sekolah ini berjalan mulai tahun 1922 hingga 1945. Siswa dari Taman Indria sendiri adalah anak-anak usia 5-7 tahun. Konsep yang Ki Hadjar Dewantara buat untuk Taman Indria sendiri adalah pendidikan tentang kebudayaan.

    Taman Muda (sederajat dengan Sekolah Dasar)
    Taman Dewasa (sederajat dengan SMP)
    Taman Madya (sederajat dengan SMA)
    Taman Guru (sekolah bagi para pamong)
    Taman Prasarjana (sederajat dengan Universitas)
    Taman Sarjana Wiyata (sederajat dengan Universitas)

Selain jalur formal, adapun program pendidikan yang dibentuk, yaitu pendidikan jalur informal, dan nonformal , berikut penjelasan singkatnya :

    Pendidikan jalur nonformal

Berupa sarasehan, seminar, ceramah-ceramah tentang pendidikan Anak Usia Dini (PAUD / Kelompok Belajar), menyelenggarakan Paket A,B,C dan Pembelajaran aksara kursus.

    Pendidikan jalur informal

Berupa nasehat, petuah, dan keteladanan hidup tertib damai salam dan bahagia terhadap siswa, orang tua siswa, dan masyarakat umum.

Tentu saja, dengan adanya Taman Siswa ini, rakyat Indonesia bisa mewujudkan kemerdekaan. Rupanya hal ini pun tersirat dalam benak para penjajah Belanda. Mereka khawatir dengan pendidikan yang telah dibentuk. Karena seperti yang kita ketahui, Ki Hadjar Dewantara membuat Taman Siswa ini untuk memulihkan pendidikan rakyat Indonesia dengan kebudayaan aslinya tanpan ada embel-embel kebudayaan luar seperti pendidikan yang dibuat Hindia Belanda.

Pada akhirnya,  muncullah berbagai kritik, baik dari kalangan bangsa Indonesia maupun dari pemerintah Belanda. Dan pada tahun 1932, dibuatlah undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie) dengan tujuan untuk membatasi perkembangan Organisasi Taman Siswa. Sejak diberlakukannya undang-undang tersebut, para guru yang terlibat partai politik dilarang untuk mengajar.

Karena dikecam sebagai ‘sekolah liar’, Taman Siswa yang berada di Jakarta ditutup. Tetapi menariknya, Taman Siswa yang berada di Jalan Garuda no.25 justru didatangi para siswa. Setelah itu, Organisasi Taman Siswa membuat azas untuk menegakkan pendidikan rakyat Indonesia, diantaranya :

     1. Azas Kodrat Alam.

Azas Kodrat alam adalah bahwa hakekat manusia sebagai makhluk sudah
merupakan satu dengan kodrat alam semesta ini, sehingga manusia tidak dapat terlepas dari kehendak hukum-hukum kodrat alam. Oleh karena itulah maka manusia akan meraih kebahagiaan apabila mampu menyatukan diri dengan kodrat alam.

      2. Azas Kemerdekaan.

Azas Kemerdekaan adalah azas yang menyatakan bahwa kemerdekaan sudah merupakan kodrat alam kepada manusia sehingga manusia hanya perlu untuk menjalani bersama kehidupannya dengan tertib dan damai.

      3. Azas Kebudayaan.

Azas Kebudayaan adalah manusia sebagai mahkluk harus menjalani hidup
dengan memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk kebudayaan nasional menuju ke arah kemajuan yang sesuai dengan perkembangan zaman, menuju kemajuan dunia untuk memenuhi kepentingan hidup rakyat baik secara lahir dan batin  berdasarkan situasi perkembangan zaman.

       4. Azas Kebangsaan.

Azas Kebangsaan asas yang mengajarkan untuk selalu memiliki rasa persatuan diantara sesama masyarakat baik dalam suka dan duka  dan dalam kehendak untuk mencapai kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa. Asas kebangsaan harus memperhatikan hak – hak asasi manusia serta tidak memerikan rasa permusuhan terhadap bangsa – bangsa lain.

        5. Azas Kemanusiaan.

Azas Kemanusiaan adalah bahwa setiap manusia adalh mahkluk yang mempunyai akal dan budi sehingga manusia harus menumbuhkan rasa cinta dan saling mengasihi sesama manusia.

Setelah berakhirnya pertempuran yang sempat ditimbulkan akibat kegelisahan kolonial Belanda, pada masa penjajahan Jepang, dunia pendidikan rakyat Indonesia pun masih dikecam. Pada masa itu, Organisasi Taman Siswa sudah memiliki 199 cabang dengan 207 perguruan yang tersebar diberbagai pulau di Indonesia. Seperti, di Jawa Timur ada 70 sekolah, Jawa Barat ada 28 sekolah, di Jawa Tengah ada 42 sekolah, di Kalimantan masih ada 2 sekolah, di Bali juga masih ada 4 sekolah, di Sulawesi juga masih ada 2 sekolah, dan di Ambon dan Ternate masing-masing masih memiliki 1 sekolah.

Pada awalnya, kedatangan penjajah Jepang dianggap menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Namun, rupanya justru kebalikannya. Banyak sekolah-sekolah akhirnya tidak beroperasi dikarenakan banyak guru-guru yang harus bekerja sebagai romusa. Anda dapat menyimak hal tersebut lebih banyak dengan membaca masa Penjajahan Jepang di Indonesia. Agar Anda dapat membayangkan bagaimana situasi adanya pekerja paksa atau romusa.

Namun beruntungnya, di wilayah Yogyakarta, Organisasi Taman Siswa ini masih diperizinkan. Dan pihak Taman Siswa sendiri memanfaatkan kelonggaran tersebut untuk membuat program belajar baru, yaitu tentang “Bela Negara”. Jadi para siswa diajarkan tentang teknik bela diri.

Dan setelah masa-masa penjajahan Jepang berakhir, Taman Siswa mulai berkembang kembali. Dan selain Ki Hadhjar Dewantara yang tadi disebutkan, ada pahlawan lain dari Yogyakarta, Anda dapat menyimaknya di Pahlawan Nasional Dari Yogyakarta. Karena tokoh-tokoh tersebut juga berperan membantu Ki Hadhjar Dewantara dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemudian setelah Indonesia merdeka, Ki Hadjar Dewantara mengadakan rapat di Yogyakarta, berikut hasil dari rapat tersebut :

    Tujuan Taman Siswa telah tercapai dengan merdekanya bangsa Indonesia.
    Taman Siswa harus tetap diadakan dan berjalan, karena masih dibutuhkan untuk rakyat Indonesia mengenyam pendidikan.
    Sekolah partikelir yang mempunyai dasar tersendiri tetap diperlukan walaupun nantinya jumlah sekolah sudah cukup dan isinya juga sudah nasional.

Sumber: Wikipedia
dikutip dari : https://bobo.grid.id/
editor : Jitab Pramawa SMP Taman Dewasa

0 comments:

Post a Comment